Hanya Tuhan yang Jomblo

Seperti yang sama-sama orang tau, kadang yang dihina adalah yang diharapkan, yang dicaci adalah yang disanjung, yang diremehkan adalah yang dirindu. Status 'Jomblo' dalam lingkup sosial memang menyedihkan.

Setiap orang terlahir dalam keadaan jomblo, mati dalam keadaan jomblo dan kelak dibangkitkan dalam keadaan jomblo untuk kembali kepada yang maha jomblo. Puncak keimanan artinya kejombloan mutlak.


Dua kaca-mata untuk memandang kejombloan, kaca-mata jiwa dan kaca mata rasa. Dalam bahasa filsafat, immanen dan transenden.

Dalam kaca-mata jiwa, jomblo adalah kemerdekaan dari ketertindasan pihak lain, bentuk kemapanan jiwa harus diawali oleh keputusan 'Menjomblo' yang berarti memutus hubungan dengan hawa napsu.

Dalam kaca mata rasa, jomblo berarti ketidak-lengkapan, kemiskinan asmara, faqir perhatian, lost connect kasih sayang dan bebagai kerapuhan lainnya.

Ada orang jomblo karna takdir, ada juga yang jomblo karna keputusan. Jadi ada yang menjomblokan diri, dan ada yang dirinya terjomblokan. Jomblo karna keputusan adalah kemantapan diri, sadar realitas, bahwa yang maha Esa adalah SATU.

Jomblo yang karna takdir disebabkan oleh kurangnya usaha dalam menebarkan pesona dirinya, atau memang tidak memiliki pesona, sebagian yang jomblo karna memang tidak memiliki kekuatan untuk menanggung beban berpasangan.

Penyakit langganan para jomblo adalah takut komitmen dan minder, secara teologis, 'Jomblo' bisa diganti dengan 'Laa Syarikala'.

Jomblo berpeluang jadi filosof karna punya banyak waktu untuk merenung. Jomblo bisa lebih objektif karna pernilaiannya bebas rasa. Jomblo tak pernah sendiri karna sepi selalu menemaninya. Alhasil, jomblo adalah pilihan,kalau ditendang pacar atau ora payu, itu baru nasib.

Sebarkan

0 Sanggahan:

Posting Komentar