Sepertinya banyak hal yang harus kurenungkan, tapi raga ini lebih memilih untuk beristirahat sebentar demi melepas lelah. Dan dalam rebahanku tetap berfikir tentang Tuhan. Tuhan memang indah, menarik, mencinta dan dicinta. Takbisa kulupakan pengalaman-pengalaman indah bersamanya, yang memberikanku sebuah kekuatan demi menjalani hidup. Ku mengerti, tidaklah mudah berfikir tentangnya apalagi untuk bertemu. Karena sesuatu yang sangat istimewa harus diperlakukan secara istimewa juga.
Walaupun
masih banyak hal yang membebani dalam benak yang berupa pertanyaan-pertanyaan
aneh tentangnya. Tapi kuyakin, bahwa inilah sebenarnya yang Tuhan inginkan
dariku dan kurela untuk kapan pun mengabdi untuk Tuhan jika diminta
kehadiranku. Segala ibadah yang kulakukan baru terasa manfaatnya setelah
kumerenung akan kekuasaannya, kubenar-benar tertarik untuk tunduk kepada
ketuhanannya setelah kumengertinya. Dan aku sangat bersedia jika suatu saat
nanti atau dalam waktu dekat orang-orang menyebutku “Gila”.
Secarik
kertas berukuran cukup besar memberikan inspirasi atasku, untuk melakukan suatu
atraksi mental, yang kubayangkan akan menimbulkan sebuah kontradikdsi sosial
antara diriku dan orang-orang disekitarku. Kertas berukuran panjang 40cm dan
lebar 30cm, kutuliskan diatasnya “KAWASAN BEBAS TUHAN”, dan kutempel didinding
kamarku. Inspirasi seperti ini timbul seketika dalam hati, karena suatu ketika,
dari arah kebun belakang ada yang berteriak dengan lantang “Terbebas dari
Tuhan”. Dan seketika kumulai berfikir tuk membenarkan kata-katanya, tapi tak
bisa dan kubiarkan hayalan itu menyelimutiku. Sampai pada akhirnya kumendapatkan
alasan khusus untuk menulis apa yang telah kutempel dinding kamarku, dan kurasa
Tuhan juga mengerti maksudku, karena tidak sedikitpun merendahkan raganya dan
tidak kuberniat untuk melakukan sebuah falasi dalam berfikir.
Perjalanan
hidup baruku yang diliputi oleh renungan tentang Tuhan telah memberikan sensasi
bagi hidup dan menjadikan hidup lebih manfaat dari sebelumnnya, karena segala
yang kulakukan telah kufahami sebelumnya tanpa adanya pertanyaan yang aneh. Dan
mulai sekarang aku lebih memberikan penghargaan terhadap akal untuk berfikir,
karena segala yang kudapati saat ini sama sekali tidak menjadi beban sedikitpun
untuk akalku. Tuhan, kuberjanji padamu untuk senantiasa berfikir sebelum
menerima suatu argument tentangmu, dan kalau kau ijinkan aku, mungkin aku akan
senantiasa menjadi pembelamu dalam keadaan apapun.
Tiba-tiba
datang bersamaan teman-temanku memasuki kamarku, sepertinya mereka telah
mengintaiku sejak kemarin.
“Apa yang
terjadi?, dan apa yang ingin kalian lakukan dikamarku?”
“Haidar,
bagaimana kabarmu?. Kami datang ingin meluapkan kebanggaan kami kepadamu. Kau
berani menafikan Tuhan dalam kehidupanmu. Ingatlah! Kamu hanya manusia biasa
yang tidak memiliki apa-apa dan Tuhanlah yang telah memberikan semuanya
intukmu. Jika kau memang manusia yang tahu diri, berterimakasihlah pada Tuhan!”
“Terimakasih,
aku baik-baik saja. Sepertinya perkataanmu benar, tapi hanya yang terakhirnya.
Yang kulakukan adalah bentuk terimakasihku pada Tuhan. Lebih baik kalian semua mendengarkan
penjelasanku”
“Baiklah,
bagaimana?”
“JIka
kalian pandang Tuhan sebagai dzat yang luar biasa, yang maha dahsyat dan maha
mulia. Maka, kamarku penuh dengan kehinaan, sehingga tak mungkin bagiku untuk
menyatukan dan meletakkan Tuhan ditempat yang kotor. Dan jika sebaliknya,
kalian pandang Tuhan sebagai dzat yang hina, maka jangan tambah kehinaan
kamarku akan keberadaan Tuhan didalamnya”
“Itu
bukan alasan, dimana tempat pasti ada Tuhan dan segala usaha apapun yang kau
lakukan tidak bisa menghalangi eksistensi Tuhan untuk berbuat”
Sepertinya
perdebatan semakin panas, kuberfikir sejenak tuk memutarbalikkan perkataannya.
Mereka cukup pintar, aku lumayan kualahan menghadapinya. Tapi tetap kuyakini
bahwa tuhan berada dipihakku.
“Tenang
dulu, itu alasan pertama. Masih ada alasan berikutnya. Kurasa, bagiku terserah
untuk setiap orang melakukan apapun selama masih memiliki alasan untuk
mendukungnya”
“Apa
alasanmu yang lain?”
“Begini,
kusaksikan dimana-mana penyembahan kepada Tuhan dilakukan dengan keterpaksaan,
seakan-akan Tuhan memaksa makhluknya untuk beribadah kepadanya. Setelah
kupikir-pikir. Tuhan tidak membutuhkan ibadah hambanya, hambanyalah yang
membutuhkan Tuhan. Segala ibadah yang dilakukan seorang hamba akan berdampak
kepada hamba tersebut. Dan tak jarang kusaksikan dalam beberapa kesempatan,
oknum masyarakat atau personal yang menjalani hidup seperti terkekang oleh
eksistensi Tuhan dan baginya Tuhan adalah momok yang menakutkan. Padahal, pada
hakikatnya Tuhan tidak menginginkan hal-hal semacam itu. “KAWASAN BEBAS TUHAN”
maksudnya ialah terbebas dari perasaan takut yang layaknya Tuhan menghantui
kita dalam keseharian, Tuhan telah memberikan kebebasan bagi manusia untuk
berkehendak. Ibadah yang diwajibkan atas makhluk juga tidak lain untuk kebahagiaan
makhluk itu sendiri. Dan hendaknya bagi setiap manusia, didalam beribadah
kepada Tuhan, bukan karena takut dengan neraka dan juga bukan karena
mengharapkan surga Tuhan, melainkan karena tak ada yang pantas disembah
selainnya”
“Kali ini
kami kalah, sepertinya kau benar-benar sudah gila. Kami permisi dulu”
“Baiklah,
terserah kalian. Sampai jumpa”
Tergeletak
diranjang dalam keadaan senang, karena kupikir kutelah membela Tuhan dihadapan
teman-temanku. Tapi ada sesuatu yang terus mengganjal dalam hati ini. Kusulit
temukan jawabannya, pikiran lelah jika mengingatnya, hati gundah jika terasa
akan perluku padanya. Telah lama hilang dari padanganku. Wahai lelaki tua yang
ketemui kau di taman bunga tempat kubermain dikala aku masih duduk di bangku
Taman Kanak-Kanak, “dimana engkau?”. Mungkin ini bagian dari permainan Tuhan
untukku, dan Tuhan ingin juga untukku merenung tentang peristiwa aneh ini dan
siapa lelaki tua itu.
Terlepas
dari semua ini. Jika Tuhan memberikan kesempatan yang kedua untukku bertemu dengannya.
Aku akan tanyakan padanya, mengapa Tuhan mencipta? Dan mengapa Tuhan tidak
sebelumnya memberikan pilihan pada manusia untuk ditetapkan sebagai manusia
atau tetap dalam ketiadaan?. Dan satu hal lagi yang perlu semua ketahui, bahwa
yang selama ini kulakukan tidak lain hanya untuk membuat Tuhan tersenyum.
0 Sanggahan:
Posting Komentar