Cemburu

Cemburu, dorongan jiwa yang hadir bukan karena perkembangan zaman maupun pengaruh teknologi, tapi sudah lebih lama menemani sejarah manusia. Beberapa literatur sejarah menceritakan konflik yang sampai berakhir pada kematian dikarenakan cemburu terabaikan. Bahkan anak dari nenek moyang manusia(Adam), diceritakan saling bunuh karena kecemburuan.

Banyak manusia cemburu, sasarannya tak berdasarkan jenis kelamin. Itu pertanda bahwa dorongan kecemburuan tak semata-mata stimuli fisikal tapi Bathin. Cemburu. Subjeknya terikat vibrasi emosional. Bisa lahir dari hawa napsu, bisa juga dorongan intelektual. Cemburu biasanya hadir karena merasa diremehkan, menganggap si objek (yang dicemburui) lebih mementingkan sesuatu yang lain.

Kebanyakan, orang cemburu karena meremehkan dirinya. Menganggap dirinya terlalu kerdil untuk diutamakan. Sehingga tak mampu menerima kenyataan yang seharusnya wajar-wajar saja, dorongan “Minder” berimplikasi pada kecurigaan terhadap pasangan atau orang-orang yang dianggap dekat.

Pencemburu bisa berubah jadi pribadi lain, karena cemburu menundukkan nalar dan mengintegrasi ego ke semua saluran pikiran. Manusia yang dominasi raganya menguasai intelektualnya adalah sasaran empuk, target genosida kecemburuan emosional atas jiwanya. Di situ seseorang mengalami dis-orientasi, dampaknya bisa kepada psikis, tidak jarang yang bunuh diri karena hal semacam ini.


Secara umum, cemburu hanya ada dua jenis: cemburu beralasan dan tidak beralasan. Wanita sering cemburu tak beralasan. Mengapa? Karena sering mengabaikan faktor-faktor logis. Kecemburuan yang terabaikan sering kali menuai kekerasan fisikal atau kekecewaan jangka panjang. Cemburu, baik yang beralasan maupun yang tidak. Dimensinya tetap imajiner, tapi pertikaiannya nyata.

Meredakan kecemburuan dengan balasan prilaku menyimpang, hanya memuaskan hasrat sementara. Efek sampingnya lebih parah. Berusaha menutupi sakit hati kecemburuan dengan kejahatan, sama saja menghukum diri untuk kedua kalinya. Pertama, diri sebagai victim dari objek(yang dicemburui), kedua: diri menjadi korban pengikisan nilai-nilai positif yang telah dipupuk sejak lama, oleh Subjek.(menjadi Subjek sekaligus Objek kezaliman).

Mewajarkan kecemburuan, tak berarti mewajarkan balas dendam. Cemburu yang memenuhi syarat adalah dorongan manusiawi. Balas dendam hanya karena pemenuhan hasrat kezaliman adalah dorongan hewani.



Bila merasa diri anda terlalu kerdil untuk diutamakan, jangan berharap kepada orang lain untuk menjaga hati anda, jika ada yang paling berhak menjaga hati anda, ya itulah anda. Dan bila merasa hati anda bagai berlian yang terlalu berharga untuk disakiti, jangan sekali-kali menitipkannya kepada penggemar batu kali.

Sebarkan

0 Sanggahan:

Posting Komentar