Lelaki Kecil dan Hujan


Lelaki kecil berlarian di siang yang terik. Kejar mengejar dengan kawannya. Bermain dan berlari hingga kehausan. 

Di tengah permainan, tiba-tiba dia berhenti dan berteriak pada teman-temannya, “Aku ingin hujan! Sudah lama sekali aku tidak melihatnya”.
Teman-temannya memandang heran. Lalu salah satu dari mereka berkata, “Kalau hujan datang? Apa kau yakin akan bermain dengannya? Kamu pernah sakit karena kehujanan dulu”.
Lelaki kecil terdiam, “Tapi aku ingin hujan. Maukah kalian menari bersamaku biar hujan datang?”
Teman-temannya mengiyakan. Mereka pun menari. Tarian hujan. Namun cukup lama mereka menari, hujan tidak kunjung datang. Matahari justru semakin terik. Mereka kelelahan. Kemudian satu persatu teman lelaki kecil pamit pulang karena kehausan.
“Aku juga sudah lelah. Kalau kau masih ingin hujan. Silakan menari sendiri”, kata teman Lelaki kecil yang terakhir pulang.

Perlahan, lelaki kecil pun menghentikan tariannya. Sedih wajahnya. Agak kecewa, ia duduk di sebuah gubuk di tanah lapang itu. Ia merasa kelelahan dan sendirian. Lelaki kecil menangis. “Aku ingin hujan…,” rintihnya.
Tangis Lelaki kecil tak juga berhenti. Semakin lama tangisnya semakin keras. Entah berapa lama. Di sela-sela tangisnya, Lelaki kecil berkali-kali mengucap, “Aku ingin hujan….,”.

 Ia terus menangis hingga Hujan yang sedang lelap tidur  terbangun mendengarnya.
Hujan melongok ke bumi dan melihat Lelaki kecil sedang menangis di sebuah gubuk dekat tanah lapang. 

Rintihannya yang lirih menginginkan Hujan membuat Hujan tak tega melihatnya.
Hujan bangun dari tidurnya. Ia menghadap matahari dan meminta izin untuk menghibur Lelaki kecil. Hujan ingin keluar menghiburnya. Mengabulkan permintaan Lelaki kecil sehingga ia tidak bersedih lagi.
“Tidurmu belum cukup nyenyak Hujan. Apa kau yakin bisa mengontrol tetes-tetesmu?”
Hujan mengangguk. Ia bergegas memanggil awan gelap untuk menutup Matahari. Pelanpelan rintiknya ia jatuhkan ke bumi. 

Membasahi rumput-rumput di tanah lapang. Tetesannya menyentuh atap gubuk hingga bersuara pelan. Menyapa Lelaki kecil.
Mendengar tetes hujan, Lelaki kecil menghentikan tangis. Dilihatnya Hujan turun. Keinginannya kini terwujud. Ia tersenyum puas dan menjerit, “Akhirnya hujan datang…!”.  Lelaki kecil berjingkrakan di dalam gubuk. Bernyanyi-nyanyi kegirangan.
Melihat lelaki kecil gembira. Hujan pun ikut gembira. Hujan menyukai senyum Lelaki kecil.
“Lebih deras lagi hujan!”, pinta Lelaki kecil.
Dengan senang hati, Hujan pun menambah volume rintiknya.
“Lebih deras lagi!!”, Lelaki kecil terus meminta kepada Hujan.
Hujan terus menambah volume rintiknya hingga sedikit kelelahan. Senyum dan wajah riang Lelaki kecil membuat Hujan melupakan kelelahannya. Ia terus menguyur bumi seindah mungkin.

 Membuat Lelaki kecil gembira. Di selasela upayanya terus merintik, ia berbisik kepada Lelaki kecil, “Mengapa kau berdiam saja di gubuk, hai Lelaki kecil. Tidakkah kau menginginkanku?”
“Iya, aku menginginkanmu dan sekarang kau telah datang, Hujan”, jawab Lelaki Kecil dari dalam gubuk sambil memamerkan senyum riangnya.
“Mengapa kau tidak keluar dari gubuk itu. Kenali tetesanku. Mari bermain-main bersamaku…”
Sedikit berpikir, Lelaki kecil dengan ragu menarik kakinya hendak keluar dari gubuk. Ia tadahkan telapak tangannya menyentuh air hujan, “Kau dingin sekali….”, ucap Lelaki kecil. 

Kini ia terlihat nampak ketakutan. Lelaki kecil kembali masuk ke dalam gubuk. Mengurungkan niatnya bermain dengan Hujan.
“Aku tidak bisa bermain bersamamu, Hujan. Aku takut sakit lagi….”.
Hujan tersenyum mencoba menenangkan Lelaki kecil, “Jangan takut. Tidak semua hujan akan membuatmu sakit. Aku akan membantumu.

 Aku akan mengatur suhu airku agar tak membuatmu mengigil. Aku akan menyesuaikan volumeku sehingga tak sakit menyentuh kulitmu. Aku akan membuat diriku seirama dengan ketahanan tubuhmu. 

Dan pelanpelan kau akan tahu bagaimana cara menikmati tetes-tetesku dan aku tahu bagaimana cara agar tak membuatmu sakit.”
Lelaki kecil menimbang-nimbang. Teringat olehnya kala sakit dulu setelah kehujanan di jalan. Waktu itu, dia sedang asyik bermain dan tak menginginkan hujan. 

Hujan datang tiba-tiba dan mengguyur dirinya. Awal-awal dia senang bermain-main dengan hujan. Namun kelamaan hujan semakin deras dan mengamuk. 

Rintik-rintiknya yang kasar menyakiti kulit Lelaki kecil. Dingin airnya membuat Lelaki kecil mengigil. Petir-petirnya menggelegar membuat Lelaki kecil ketakutan.

 Tak ada tempat berteduh waktu itu. Lelaki kecil terus menyusuri jalan dalam guyuran hujan sambil menangis ketakutan.
Sesampai di rumah kepalanya pening. Panas tubuhnya meninggi. Tubuh dan pikirannya melemah. Lelaki kecil meringkuk tak berdaya beberapa hari. Kemudian berbulan-bulan ia trauma kala hujan datang. Ketika akhirnya hujan tak lagi datang, ia pun merindukan….
“Apa benar hujan kali ini tak akan membuatku sakit?”, bathinnya sambil meringkuk di gubuk ringkih. Tak beranjak.  
Hujan pun mulai nampak kelelahan. Pelan-pelan rintiknya menipis.
“Jangan pergi dulu, Hujan,” pinta Lelaki kecil.
Hujan makin kelelahan. Kini airnya mulai habis.
“Jangan pergi dulu, Hujan. Beri aku waktu siap bermain denganmu”.
Kini, Hujan benar-benar kehabisan airnya. Namun Hujan berupaya tetap menurunkan rintiknya. Dan di rintiknya yang terakhir, Hujan mengeluarkan air matanya.

Sebarkan

1 Sanggahan:

  1. The King Casino | Situs Judi Slot Online Terbaik 2021
    Play online Pragmatic Play Slots https://septcasino.com/review/merit-casino/ at 출장안마 The King Casino kadangpintar - Member febcasino Baru & Terpercaya 2021! Rating: 98% · worrione.com ‎240,388 votes

    BalasHapus