Bukan Ibu yang seperti itu

Didalam beberapa kesempatan kita sering melihat betapa besar pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya apalagi dikala beliau melahirkan kita. Mungkin kita semua salah mengartikan kata Ibu dan kita sering menyamaratakan makna ibu dan perempuan, Betapa banyak seorang perempuan yang melahirkan seorang anak dan dia tidak pantas untuk menyandang kata ibu. Seorang perempuan seringkali ketika melahirkan didalam hatinya bahkan tidak jarang yg sampai terlontar dari bibirnya mengucapkan kata-kata keluhan ketika melahirkan seperti” Ini adalah perjuangan antara hidup dan mati’, dan seharusnya seorang ibu tidak berhak mengucapkan kata-kata seperti itu karna itulah kodrat seorang ibu pada umumnya, Di RRC proses melahirkan berjalan dengan lancar tanpa adanya keluhan dari seorang perempuan yang mengaku sebagai seoarang ibu. Kalau kita berfikir jujur, apakah bisa disebut sebagai istri atau ibu dari anaknya seseorang yg ketika suaminya pulang dimalam hari dengan keadaan yang payah dan lelah lalu membuka pintu rumah dan bertemu dengan seorang perempuan yg katanya sebagai ibu dari anak dan istri dari suaminya yang mengatakan kepada suaminya “ Dari mana ?”.


Seorang suami adalah manusia bukan binatang, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan untuk memenuhi kebutuhan perut sang wanita tersebut. Dan segala bentuk pemaparan diatas tidak mengurangi rasa hormat kami kepada ibu kami, karna seorang anak wajib menghormati kedua orang tuanya terutama seorang ibu. Dan yang terpenting bahwa semua pemaparan diatas tidak mengurangi rsa hormat seorang anak kepada ibunya karna sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak untuk taat kepada orang tuanya terutama kepada seorang ibu.

Rosul bersabda: Surga dibawah telapak kaki ibu”,,,,,,,,ibu yang bagaimana??
Bukan seorang ibu yg bertanya demikian kepada suaminya dengan nada mengeluh.
Ada potensi yang dimiliki perempuan dan tidak dimiliki oleh siapapun yaitu potensi untuk mengganyang suaminya. Tidak perlu dipungkiri karna ini sudah jelas kenyataannya. Rosullullah SAW adalah makhluk allah yg paling sempurna dan beliau tidak lepas dari ganyangan istrinya. Apakah mereka-mereka bisa di sebut sebagai ibu?apakah bisa disebut sebagai seorang ibu ketika suaminya sakit dia sedang asyik bernostalgia dengan teman2nya?apakah bisa di sebut sebagai seorang ibu ketika suaminya nikah lagi dia memanggil anak-anaknya dan menangis tersedu-sedu didepan anak-anaknya yg tidak berdosa dan membebankan segala problemanya kepada anak-anaknya?.

 Tidak akan turun segala perhiasan yang menempel di tubuh sang perempuan yang mengaku sebagai ibu atau istri dari suaminya untuk membantu urusan suaminya. Dan dalam filsafat mereka berkata walaupun dalam hati yang paling dalam “Hartaku hartaku, hartamu hartaku”
Mereka semua adalah perempuan bukan seorang ibu!. Mulai dari sekarang kita harus siap menerima kenyataan yang sebenarnya bahwa Perempuan yang mengaku sebagai ibu tidak akan rela melihat suaminya nikah lagi dan mereka senantiasa akan menguasai suaminya dalam segala aspek kehidupannya. Dari segi financial, tubuh, kekuasaannya dan mereka akan bahagia ketika suaminya meninggal dunia karna cita-cita mereka untuk menjaga suaminya untuk tidak nikah lagi telah terpenuhi!. Dan masih banyak lagi perilaku mereka yang aneh dan tidak pantas untuk dilakukan seorang ibu.

Sebarkan

0 Sanggahan:

Posting Komentar