Tuhan hampir Kedodoran

Segenap, pada saat itu kulebih memilih untuk diam, karena memang kutak dapatkan hal yang sekiranya bermanfaat untuk diucapkan. Dan kuteringat perkataan seorang lelaki bijak dizamannya yang bernama Ali. Dia adalah seorang panglima perang, penulis, pengajar, bapak bagi anak-anaknya, dan suami yang luar biasa bertanggung jawab bagi istri dan keluarganya, yang mengatakan “Betapa banyaknya ilmu dan sedikitnya waktu”. Dari perkataannya, aku dapat mengambil satu kesimpulan, bahwa, tak semua ilmu dapat dipelajari. Maka, pelajarilah sesuatu yang dapat menginspirasi kita dan memberikan motifasi untuk hidup yang lebih baik di kemudian hari.


Dan telah kutetapkan ilmu itu, dan aku lebh memilih ilmu tentang Tuhan, karena, selain tidak ada habisnya, ia memberikan segenap kekuatan untukku dalam memandang masa depan dengan optimis. Dan segala doa yang kuhaturkan padanya, mayoritas esensinya sama, yang tidak lain, kumeminta padanya, agar ditetapkan atasku, serangkaian keyakinan dalam kenyataan ini, bahwa segala sesuatu tidak akan terlepas dari kehendaknya. Dan sampai saat ini doaku tetap terkabulkan dan akan terus terkabul, karena kuyakin, jika kita berbaik sangka kepada Tuhan, maka, Tuhan akan membaikkan sangkaan setiap hambanya dan memberikan kepada mereka kebaikkan pula, dan sebaliknya prasangkaan buruk kepadanya, hanya akan mendatangkan keburukan kepada manusia. Berkaitan dengan masalah terkabulnya doa, aku menyimpan sebuah file yang telah terekam lama dalam benak, yang sepertinya kali ini akan dituangkan dalam bentuk Tulisan. Didalam sebuah kegelapan, yang hanya terdapat seorang anak kecil yang baru berumur tujuh tahun, dengan penuh perasaan yakin, anak itu mengeluh kepada Tuhannya, karena banyak dari doanya yang tidak terkabulkan. Hari demi hari keluhan semakin pasang dan mencapai tingkat yang melebihi batas kewajaran. Mungkin hanya sementara. Kawan mainnya berdoa dihadapannya, dan rekan-rekannya yang lainpun melakukan hal yang sama.

Dan sayangnya, doa mereka semua dikabul oleh Tuhan, hanya ia saja yang gagal dalam pengkabulan doanya. Sampai suatu saat, dia protes kepada Tuhan dengan mengatakan.
“Wahai Tuhan, permainan apa yang telah kau lakukan?. Ketahuilah, bahwa ini semua sama sekali tidak lucu. Kau mengabuli semua doa teman-temanku, dan kau mengabaikan aku dengan segenap kehendakmu yang aneh, dan benar-benar aku tidak mengerti akan maksudmu. Dan perlu kau ketahui, jika aku menjadi engkau, akan kukabulkan semua doa yang diajukan padaku, karena itu hal yang mudah bagi Tuhan pemilik ketuhanan. Dan kalau memang kau bisa melakukan apapun, maka berikanlah kepadaku, jabatan ketuhananmu, satu hari saja, dan akan kutunjukkan padamu, bagaimana menjadi Tuhan yang baik”.
Sepertinya ada masalah dengan akal anak ini, atau mungkin, Tuhan telah memberikan kesan buruk terhadapnya, sehingga perkataan tersebut bisa keluar dari mulutnya. Dan dengan penuh kebijakan, Tuhan menyahuti anak itu dengan mengatakan kepadanya.

“Wahai hamba Tuhan yang mulia, perkataanmu, memang benar-benar aneh, ada alasan bagiku. Mengapa tak kukabulkan semua doa”. Anak itu menjawab.
”Sudahlah, berikan padaku jabatan ketuhananmu. Satu hari saja”.
Tuhan berkata. “Baiklah, akan kuberikan padamu jabatan ketuhananku, satu hari saja, dimulai besok pagi
 setelah terbitnya fajar”.

Walaupun terlihat aneh dan controversial, tapi beginilah cerita yang kudapat waktu itu. Dan akhirnya, waktu telah tiba. Anak itu sudah menjadi Tuhan. Segala yang diinginkan olehnya langsung terwujud. Kala itu ada seorang anak yang sekelas dengannya, yang menjadi saingannya dalam mencapai prestasi dikelas dan akhirnya, dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, ia mampu untuk melakukan justfikasi atas dirinya, dan ia menjadikan saingannya itu terkalahkan atas dirinya. Dan banyak hal lagi yang telah dilakukannya demi mencapai kesuksesannya dalam mengambil alih jabatan ketuhanan.

Sampa tiba saat seluruh doa yang diajukan oleh hamba tertampung dalam benaknya, yang akhirnya ia berkehendak untuk mengabulkan seluruhnya tanpa terkecuali, dan apa yang terjadi. Kehancuran disana-sini, segala struktur alam telah terkacaukan akan hal ini, dan banyak hamba yang dengan terkabulnya doa yang diminta, malah menjauhkan dirinya dari Tuhan. Dan selesai sudah pengembanan tugas ketuhanan yang ditahtakan kepada anak kecil itu. Ia mengerti, akan maksud Tuhan dan segala bentuk klarifikasi Tuhan dalam memilih segenap doa yang masuk terhadapnya. Jika Tuhan mengabulkan seluruh doa yang ada, maka akan menghancurkan serangkaian system alam yang telah tertata dengan rapi.

Dan hal ini juga telah memberikan inspirasi baru bagiku, bahwa tidak seluruh doa yang telah kita haturkan kepada Tuhan adalah merupakan kebaikan bagi diri setap individu, apalagi yang berkaitan dengan maslahat umum. Dan mulai kutetapkan dan kumengerti, bahwa Tuhan memberikan kepada hambanya, sesuatu yang dibutuhkan, bukan yang diminta.

Sebarkan

0 Sanggahan:

Posting Komentar