Predator Virtual Jalur Verbal

Curhat, “Curahan Hati” kata orang. Langkah praktis mengikis masalah personal dengan menceritakan suatu kejadian yang dialami oleh seseorang. Biasanya dilakukan karna sedang dalam masalah atau derita, bisa juga karna sedang kebingungan menghadapi pilihan yang harus segera diputuskan.

Tidak jarang orang curhat berniat untuk memupuk rasa iba dalam hati seseorang demi tujuan gelap, sebagai modus pendekatan emosional agar terjalin curhat dua arah. Karna bagi sebagian orang, memancing curhatan seseorang adalah langkah awal untuk menguasai mental serta menjadikan ketergantungan non-kimia.

Dalam pandangan bebas nilai, Curhat  tidak baik dan tidak buruk, sama seperti beberapa kegiatan mulut lainnya. Curhat  telah masuk ke dalam daftar prilaku masyarakat dunia nyata dan dunia maya, yang oleh sebagian orang dijadikan ajang menghimpun rasa iba demi tujuan popularitas semu di dunia imaginal. 

Secara Psikologis, jiwa pada dasarnya membutuhkan wadah sebagai tempat mengeluh, hanya saja hal ini tidak bisa dibiarkan menjadi trendkesadaran individu, karena kebiasaan menceritakan masalah atau mengeluh dapat membentuk pribadi yang kosong dari keseriusan serta rapuh terhadap persoalan rutin.

Sudah menjadi rahasia umum, oleh sebagian orang  curhat dimanfaatkan sebagai  sumbu peletup rasa, stimuli birahi, jejaring korban hawa napsu semata. Pelaku curhat, yang rata-rata wanita, tertipu oleh kalimat-kalimat bijak dari si monster penampung kisah derita, terbawa arus duka cita yang disambut oleh nasihat hangat yang kemudian menggali rasa penasaran untuk mengenal lebih jauh lagi. Pembaca bisa klik di sini untuk membaca fenomena perselingkuhan virtual yang terjadi dengan jalur verbal.

Calon korban merasa ternaungi dengan bahasa libido bernuansakan kepedulian, merajuk dengan penuh keluh, diiringi sebuah keyakinan palsu bahwa orang yang sedang mendengar curhatnya adalah sosok yang pas untuk dijadikan tempat bersandar. Kemudian tiba saat dimana kedekatan verbal melalui teks menjadi hal yang membosankan, masing-masing menyusun strategi pertemuan dengan dalih yang terkesan bermotif silaturahmi, atau dalam bahasa sekarang “Kopdar” (Baca: Kopi Darat}.

Pertemuanpun tiba, diawali berjabat tangan dengan saling menatap, saling malu-malu karna baru jumpa, mengambil posisi duduk yang cenderung berdekatan, kopi sudah siap dan segera diseruput . Mulailah terjadi perubahan pola, dari cerita menjadi ucapan cinta, dari perhatian menjadi belaian, dari kepedulian berbasis kalimat menjadi pelukan hangat. Pintu derita susulan telah terbuka, keduanya memasuki istana kehancuran jiwa dengan saling berpelukan sambil membawa taman hati yang sarat dengan bunga kebahagiaan.  

Sebarkan