Inbox adalah ruang kencan dan taman perselingkuhan virtual bagi
sebagian orang. Yang menarik adalah curi-curinya, sensasinya yang tak
akan pernah bisa digantikan oleh apapun, termasuk narkoba.
Nikmat bukan karna percumbuannya, tapi keberhasilan untuk curi-curi,
seakan film yang dia sendiri sutradaranya, pemainnya dan penontonnya. Ia
menjadi apapun yang dia inginkan, kadang menjadi sangat ramah,
benar-benar mewakili impian setiap jiwa yang kesepian.
Kadang dia sendiri yang curhat
sebagai modus mengemis iba sekaligus mencerminkan dirinya yang gemulai,
lembut, rapuh, tidak layak untuk dijauhi, sayang untuk diabaikan, dia
perlu big hug, perlu emoticon-emoticon manja, ekspresi-ekspresi yang
mengganti fungsi libido.
Kadang dia mengambil peran seorang religius yang sudah melewati
fase-fase puri-fikasi dan perlu memberikan report tentang perjalanan
iluminasinya, melalui syair-syair celoteh mistik rumi, tentang hilangnya
pembatas antara asyiq dan ma'syuuq, antra cahaya dan serpihannya,
antara Ahok dan Reklamasinya.
Kadang dia menjadi seorang yang
sangat tegas, sedikit sarkastik, tampil sebagai pribadi yang urakan,
anti kemapanan, pemberontak, tapi berjiwa romantis ala Johny Deep
jengkol version.
Alhasil tidak ada yang selamat, lolos disatu peran, terjebak dalam peran yang lain.
Inilah candu inbox.
Inilah surga chating.
Ciaaaaao!!!