Motivator Modal Enter

Diera penuh warna seperti saat ini, warna jangan diartikan biru, merah, hijau dan para hasil selingkuhannya yang lain, tapi corak yang kemilau dengan aneka tampilan yang memukau, perbedaan kelas sosial dengan tanah yang sama dipijak. Setiap saat, orang yang belum makan 2 hari, dilampu merah bisa melihat mobil HRV terbaru dengan penghuni didalamnya yang mobilnya sesak dengan KFC dan Nasi padang SEDERHANA.


Barusan hanya sekedar prolog untuk memulai pembahasan. Alhasil dari kejadian-kejadian yang penuh warna, orang-orang yang hidup dialam virtual seperti social media menderita penyakit hati yang menimbulkan efek galau, mulai mencari jalan keluar, sebenarnya tidak perlu dijadikan alasan kegalauan kalau memang keinginannya sesuai kemampuan, tapi apa daya jika sudah terlanjur menjadi BPJS kata orang, BPJS (baca: budget pas-pasan jiwa sosialita).



Seiring dengan banyaknya orang galau yang memadati timeline, bermunculan juga para motivator yang berkat rahmat Tuhan, ia memiliki banyak waktu untuk menukil kalimat motivasi dari berbagai sumber dan melayani keluhan para peratap nasip.



Secara umum, motivator dalam dunia virtual terbagi menjadi 2:

1. Agamawan
2. Moderate


Agamawan adalah motivator berbasis hadis dan ayat suci, meski dalam dunia nyata ia bisa saja hanya seorang penjaga pos keamanan sebuah komplek yang jarang ada tamu datang, sehingga punya banyak waktu untuk melayani para penggalau, hal ini tidak menjadi penghalang selagi dia menguasai teknik copy-paste, apalagi jika ditambahkan kalimat-kalimat improvisasi pikirannya yang cenderung tidak terlalu panjang, karna dikhawatirkan merusak rangkaian kalimat yang sudah tersusun mempesona.



Yang kedua adalah kaum moderate, motivator jenis ini juga mewarnai dunia maya, walaupun tidak sedikit dari kaum moderate yang menukil hadis dalam program motivasinya, apabila melihat targetnya mengenakan jilbap atau hal-hal yang mengindikasikan relijiusitas. Motivator yang moderate cenderung menggunakan kalimat-kalimat bijak para filosof-filosof rekonsiliatif, dengan tambahan kata-kata mutiara, kalau dibaca sekilas seakan-akan ia bersenandung seperti Rahul kepada Anjoli.



Tidak bisa dibayangkan kekecewaan para motivator ini apabila telah menentukan target buruan dan ternyata keliru dalam pemilihan konten nasehat, berusaha memotivasi target buruan dengan hadis atau dengan pendekatan relijius rupanya si responden adalah korban keganasan salah satu 'ustad enter' pendahulu, dan sudah tidak membuka lapak nasehat lagi untuk selamanya.



Motivator moderate juga demikian, memiliki kekecewaan serupa, setelah ber-ratus-ratus kata ditulisnya dengan bahasa-bahasa intelektual yang hanya bisa ditemui dalam dialog antara Zig Ziglar dan Amanda Gore, ternyata respondennya adalah orang galau yang baru saja beralih kedunia spritual, yang hanya memerlukan siraman ruhani berupa sentuhan-sentuhan kalimat ilahi yang sarat dengan nuansa surgawi.

Harus ada kordinasi antara dua jenis motivator ini, agar dalam proses penetrasinya tidak salah dalam mendistribusi nasehat, atau perlu lebih banyak waktu lagi membuat list target buruan dengan dua kategori tersebut.


Saya doakan, para motivator ini mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan untuk hidup didunia nyata, minimal bisa rutin membeli buku-buku bermuatan wacana ilmiah yang jauh lebih berkualitas ketimbang mengkoleksi quotes nasehat hasil copy-paste.



Ciiiiaaaao!

Sebarkan