Bahagia Itu Sederhana




 Artikel ini ditulis oleh salah seorang temen gue yang udah gue anggap seperti saudara gue sendiri. Doi banyak ngisi waktu-waktu dalam perjalanan hidup gue dikampus. Banyak hal yang udah kita bicarain, rencanain dan banyak hal juga yang udah kita buat selama ini. Tentunya kita selalu punya impian agar terus berkarya dan bermanfaat buat orang banyak. salah satu alesan gue posting tulisan dia dicolom utama pada blog ini, karena emang gue suka banget sama meaning yang terkandung dalam tulisannya.



BAHAGIA ITU SEDERHANA

Bahagia dan kebahagiaan adalah ditentukan oleh diri sendiri,percayakah anda ?
          Siapa sih yang tidak mau merasakan bahagia? Apa sih bahagia itu ? Sejauh apa sesuatu dikatakan bahagia? Dan apa yang dapat membuat kita bahagia?
          Dari berbagai pertanyaan di atas, dapat disimpulkan bahwa ‘bahagia’ adalah sebuah rasa, bukan bentuk, melainkan sebuah fakta yang mempergunakan indra ke 6 kita yaitu batin. Tentu sebagai hal yang semu, bahagia tidak akan memiliki arti yang konkrit. Bahagia bukan hasil dari 1 + 1 atau hasil rumus newton , kata ini bersifat relative sesuai dari tiap pribadi yang ingin merasakannya.
          Faktanya banyak orang menginginkan bahagia, namun merasa sulit mendapatkannya. Sekali lagi kalimat saya menggunakan kata rasa, yang  berarti tidak pasti dan tanpa ukuran. Lalu bagaimana cara kita mengukurnya? Bagaimana kita mampu merasakan kita bahagia?
Manusia sebagai mahluk social namun bersifat egois memiliki bahagia yang dibagi menjadi dua, bahagia untuk diri sendiri, dan bahagia untuk oranglain. Dua-duanya selalu memiliki kendala, dan kendala tersebut terletak pada pemikiran kita sendiri.
          Sebagai mahluk berakal , otak manusia memiliki bertriliyun- trilyun system untuk membentuk paradigma, yang nantinya akan mempengaruhi sifat serta tingkah laku. Namun seringkali ‘hal ini’ tidak dikuasai oleh si manusia itu sendiri, Orang – orang yang berparadigma lebih tinggi biasanya akan dipengaruhi oleh sifat egoisnya untuk memperdaya orang – orang dengan paradigma yang lemah, contohnya bahagia untuk ukuran seorang calon presiden adalah saat ia akhirnya terpilih menjadi presiden, sedangkan bahagia untuk seorang pengamen adalah saat ia mendapatkan uang 50 ribu bila diminta untuk mencoblos pihak tertentu dalam pemilu. Tentu hal ini akan dimanfaatkan bagi pihak yang lebih mampu secara pengetahuan, pola pikir, psikologis, maupun financial demi keuntungan pribadi.

          Sekarang sebagai anak muda yang cerdas dan calon pemimpin bangsa, apakah kalian mau diperdaya begitu saja bahkan hanya untuk menentukan bahagia bagi diri sendiri? Apakah ukuran kalian untuk bahagia masih apabila dibahagiakan oleh orang lain ? sedangkan orang lain tersebut bahkan belum tentu mampu membahagiakan dirinya sendiri.
          Ada orang-orang yang bermimpi untuk menjadi penyanyi , namun setelah itu tercapai ia tidak merasa bahagia. Ada juga orang –orang yang tidak pernah berharap besar, hanya dengan tulus mengorbankan hidupnya demi orang lain , namun ia menjadi merasa berguna dan ternyata bahagia. The point is , what are you looking for in this world? A happiness or just a success?
          Coba bandingkan kasus simpel ini, saya merasa tidak bahagia karena kekasih saya tidak memberikan yang saya inginkan. (pada saat ini pemikiran saya adalah kekasih saya harus mampu membahagiakan saya) , efeknya adalah nilai ujian saya menurun dan pekerjaan saya menjadi terhambat.(kesuksesan terhambat) Namun akhirnya saya mencoba berfikir dari sisi yang berbeda, Saya berpikir apabila hal ini terjadi pada saya, berarti Tuhan sedang menyadarkan saya bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat kita peroleh, lalu saya mengurangi tingkat harapan saya dan berpola pikir lebih kompleks, menerima realitas dengan ikhlas dan ajaibnya saya bisa mengatur kapan rasa bahagia itu datang, dan karena pikiran bahagia itu memenuhi diri saya dengan elemen positif menjadikan berbagai elemen positif lainnya datang kepada saya termasuk kesuksesan. ( pada poin ini seseorang telah mampu membahagiakan diri nya sendiri dan berimbas dapat membahagiakan orang lain hanya dengan menyebarkan elemen positif yang ada pada dirinya)

          Dapat kita simpulkan bukan , bahwa semua bergantung pada kekuatan pikiran kita, Manusia adalah mahluk istimewa dengan akal dan budi, get yourself to the limit, but now we know there is no limit except God. Jangan pernah melupakan budi kita, untuk menjaga hidup tetap seimbang. Dengan budi yang baik maka kita dapat mengembangkan akal dan menuntunnya untuk menjadi kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain .

          Ayo ubah pola pikir kita mulai sekarang, Jangan mewajibkan orang lain untuk membahagiakan anda, wajibkan diri anda sendiri untuk merasa bahagia. Bahkan bonusnya saat anda mengambil pilihan untuk mewajibkan diri anda,membahagiakan orang lain, dan muncul lah rasa bahagia yang murni dari sang hati "kecil".Jangan jadikan kesuksesan sebagai tujuan hidupmu, tapi jadikan kebahagiaan sebagai tujuannya,kebahagian untuk diri sendiri serta kebahagian untuk orang lain  dan apabila kita bisa merasakaannya dengan tulus dan ikhlas, ini telah menandakan kita telah sukses pada saat yang sama.

BAHAGIA ITU SELALU SEDERHANA, SAYANGNYA KESEDERHANAAN SULIT UNTUK DITERIMA, DAN  MAYORITAS, FAKTANYA SAAT MENDAPAT UKURAN LEBIH DARI "SEDERHANA" ,BAHAGIA MENJADI TIDAK SESEDERHANA SEBELUMNYA


“ I will never stop to increase every smiles in this world, even  in the storm or snow, smiles can change your world without you knowed it before”



Sebarkan

4 Sanggahan:

  1. bahagia memang sederhana, tapi ketika dihadapkan pada masalah, bisa saja kita tidak mendapatkan bahagian sama sekali, bahkan hilang selamanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mulai mengerti masalah, bahwa masalah adalah ketidak sesuaian antara persepsi dengan realitas, apabila hal ini difahami sebagai proses pendewasaan kayanya semuanya bakal baik-baik aja. :) (y) . Thanks bang Awal ude komen hehe

      Hapus
  2. iya,, manusia adalah yang dipikirannya

    BalasHapus