Coretan Musafir Miskin

Aku tidak perlu menipu diri dengan ikut bahagia akan datangnya hari raya ke komplek-komplek elit atau ke perumahan-perumahan di kota besar. Letak tinggalku sepertinya tak terjamah hari raya. 


Nuansa kemenangan tidak sedikitpun menyentuh benakku. Bulan puasa makan dan minum pun yang seharusnya cuma datang sebulan dalam hidupku jusru mendominasi hampir seluruh umurku.


Ya Allah.. Jika dunia hanya jembatan yang cepat atau lambat akan hancur, mengapa manusia bisa tertawa puas sementara ia belum melihat amalnya telah kau sambut?


Ya Allah.. Jika Surga dan Neraka adalah takdirmu, mengapa kau biarkan manusia-manusia sepertiku merasakan derita yang karnanya, neraka hampir seperti omong kosong?


Ya Allah, aku sadar bahwa semuanya akan berakhir, tapi mengapa kau biarkan aku akrab dengan kesendirian dalam kesementaraan ini?


Kebersamaan dengan keluarga telah Kau ambil. Aku terima.

Kau amanatkan kesendirian untuk menemaniku, aku terima dan aku jaga sampai saat ini.

Hari rayaku Kau ambil, aku pura-pura bahagia.

Harapan dan cita-cita hanya milik mereka yang punya kedekatan emosional dengan dunia ini. Sementara aku tak pernah melihat dunia tersenyum kepadaku.

Satu-satunya hari kemenangan yang aku yakini adalah hari dimana aku harus melepaskan semua himpitan dunia dan pergi menuju altar-Mu yang suci.

Sebarkan