Karna manusia hidup untuk bertahan dari banyak hal, di dunia
maya/imaginal agak mengerucut, biasanya hanya sebatas menjaga diri dari
komentar negatif, manusia dengan segala cara membangun citra baiknya,
memberikan suntikan aura sensasional pada statusnya agar citra dirinya
pun dianggap tak biasa-biasa saja.
Tak jarang sampai harus berbohong
demi kesempurnaan ekspresi dan memasukkan kata-kata tipuan agar
diperhamba oleh orang lain.
Persaingan dunia imaginal, bagi para pemburu citra,
bukan hal yang terstruktur, tidak menjanjikan keamananan regulasi,
bebas sampe salto, abstrak, retak, botak, gaprak, gedor, gempor, kompor,
dompleng, cengklak dan para undangan yang lainnya.
Quotes tak bertuan bermunculan dilayar kaca, ocehan-ocehan burung
kelabu dijadikan alat pancing para pencibir, kaum yang tetap nyinyir
dengan mulut gagap bersorak percaya diri dibalik identitas tak berjiwa,
nama-nama aneh dijadikan tameng rusaknya pribadi, genit-genit nanggung
yang tak terima ketika diproses untuk melakukan aksi yang lebih genit,
wanita sok gaul yang tersinggung jika diminta menggauli, kekasaran
aksara yang jelas-jelas simbol kebodohan justru digunakan untuk
menampilkan kekuatan.
Inilah alam para pemburu citra, wilayah
dimana anggapan lebih penting ketimbang kenyataan dan penghargaan lebih
penting daripada kehormatan.
Ciaaaaaooo!