Masa lalu kita, bukan milik kita
Kalau hidup ente ga bisa seindah
harapan ente, minimal harapan ente harus seindah hidup ente.
Kembali lagi dalam sebuah lembar
perasaan yang berwujud rangkaian kata, (bahasa gue ga nahan ye?). Dalam
kesempatan nulis kali ini gue pengen sedikit berbicara tentang “Masa Lalu”.
Setiap insan yang bernyawa dan berdada*woow*, pasti memiliki masa lalu, bukan begitu?
“Tentu salah besar”.
Masa lalu setiap orang bukanlah
milik setiap orang. Simpelnya gini, ketika lo beli hape baru dengan jeri payah
lo atau dikasih orang atau temen atau pacar atau siapapun, lo bisa bilang kalo
hape itu punya lo, karena apa? Karena hape itu bukan bagian dari hidup lo dan
lo bukan bagian dari hidup hape itu, mangkanya bisa dikatakan kalo lo pemilik
hape itu.
Milik: Bukan bagian dari hidup
kita, bukan tempat kita berasal, bukan termasuk rangkaian yang sacral ngebentuk
diri kita. Contoh: tadi udah kan, gue contohin “Hape”. Lo bukan siapa-siapanya
hape dan hape juga bukan siapa-siapanya lo. Dengan begitu lo bisa bilang kalo
hape itu punya lo.
Bagian: Sesuatu yang niscaya
menjadi hal yang melekat dalam diri, yang secara makna tidak dapat dipisahkan
lagi. Contoh: Tangan dan kaki kita ga bisa dibilang sebagai milik kita, karena
mereka adalah bagian dalam hidup kita, yang didalamnya juga ada identitas
sebagai “AKU” pada setiap pemiliknya.
Lalu bagaimana dengan masa lalu?
Gue rasa pemahaman seperti “Gue punya
masa lalu” atau “Masa lalu kita” dengan meletakkan unsur kepemilikan bisa bikin
kita lupa diri dan menganggap bahwa masa lalu itu bukan bagian dari hidup kita.
Sampe sini gue rasa cukup untuk
ngasih pandangan gue kalo menganggap masa lalu adalah “milik” setiap orang berati
salah besar.
Hidup ini akumulatif(keseluruhan)
kita adalah produksi berkelanjutan dari seluruh masa lalu kita, semua
orang-orang yang pernah kita kenal dan menjadi bagian kisah adalah orang-orang
yang memiliki kontribusi terhadap hidup kita juga. Temen-temen SD, temen-temen
SMP, temen-temen SMA, temen-temen rumah, orang yang pernah lo sayang dan orang
yang pernah sayang sama lo, orang yang lo benci dan orang yang pernah benci
sama lo, lingkungan keluarga, lingkungan kerja dan seluruh populasi yang lo
pernah hadir ditengah-tengah mereka adalah orang-orang yang punya kontribusi
ngebentuk lo sampe saat ini.
Berati gini, kita punya kekuatan
besar selama hidup ini, jalinan kisah yang lalu terkadang menjadi pendukung
setiap langkah lo, apalagi kalo ternyata lo pernah pacaran sama cewe yang
cantiknya pake banget dan setelah itu lo ga bisa lagi dapetin cewe secantik
dia, tanpa lo sadarin, masa lalu seperti itu bisa ngasih support dialam bawah
sadar lo kalo punya cewe cantik itu bukan hal yang mustahil. Gue nulis barusan
bukan berarti gue ga pernah punya cewe cantik ya, awas lo mikir gitu.
Kesimpulan sederhananya, banyak
orang yang menjadi bagian dalam hidup kita bahkan memiliki kontribusi dalam
ngebentuk pribadi kita. Poinnya adalah, “Kita juga bagian dalam hidup banyak
orang dan memiliki kontribusi dalam ngebentuk pribadi orang lain”, so, berikan
kesan baik kepada setiap orang yang kita kenal. Karena hidup hanya diperuntukkan
kepada mereka yang sadar, sadar bahwa berbuat baik bukan lagi merupakan
kewajiban, tapi itu bagian dari diri kita.
“Sadarkanlah dirimu bahwa hidup ini cuma
sekali, karna kalo dua kali namanya doyan”
kebaikan bukan kewajiban, memang bahgian dari hiudp,, nah ini bagus quote nya
BalasHapusthankss brooo :))
Hapus