Teori
musik membagi cakupan kajiannya ke dalam beberapa modul, diantaranya; suara,
nada, ritme, notasi, melodi, harmoni dan kemudian disempurnakan oleh lirik.
Musik berkembang seiringan dengan peradaban, melahirkan berbagai partikular,
sebagian menjadi gaya hidup, sebagian lain berkembang menjadi ideologi. Sama
seperti agama, musik diterima karna keindahannya, bukan karna kebenarannya.
Karna dalam musik, "benar dan
salah" tidak dijadikan parameter sikap, maka setiap pelaku atau
pendengarnya akan terbawa pada arus lain yang mengutamakan keindahan serta
terhanyut pada alunan nada yang harmoni. Musik membagi manusia kedalam dua kotak
besar, yaitu pendengar dan pecinta. Pendengar musik menggunakan instrumen
telinga sebagai satu-satunya fasilitas, dari situ timbul penilaian-penilaian
dan pembagian kelas, dari telinga musik dapat dieksploitasi menjadi komoditas
pasar dan industri.
Pecinta musik, hanya menjadikan telinga
sebagai mediasi kognitif, bukan sebagai alat ukur kualitas, musiknya telah
melebur kedalam raga, langsung mengambil posisi terdalam pada jiwa, di situ
musik bersih dari penilaian, tidak ter ukur sebagai alat jual-beli, tidak
menerima distorsi opini, menjadi mengkilat dan mampu membawa jiwa pada refleksi
batin serta kenyamanan hakiki.
Manusia pada dasarnya memang cenderung
pada keindahan, hal inilah yang menjadi alasan mengapa musik dapat mengambil
posisi pada perjalanan peradaban manusia dari era ke era. Penganut agama samawi
percaya bahwa Tuhan adalah sebab mutlak terjadinya seluruh penciptaan,
sekaligus penanam bibit keindahan dalam setiap ciptaannya serta merangkai
konsep manusia yang cenderung pada keindahan. Tidak punya, maka tidak bisa
memberi, kecenderungan kepada keindahan, serta keindahan yang terhampar berasal
dari Tuhan. Maka Tuhan-lah yang menduduki posisi terindah.
Karna Tuhan maha indah,
maka apa-apa yang datang dari-Nya pasti indah. Dalam Islam, Muhammad Bin
Abdullah adalah Nabi Tunggal sebagai pembawa risalah ajaran Islam, tidak ada
lagi nabi setelahnya, dan tidak ada lagi risalah setelahnya. Keindahan wujud
Rasul-pun terlukis dalam sejarah maupun dalam kajian kitab suci, perangai agung
yang dibalut kewibawaan, kelembutan yang terpoles oleh ketegasan, keberanian
dan keteguhan hatinya menjadi contoh bagi seluruh Alam, keindahan raga dan jiwa
papurna bersatu menjadi sosok super agung bernama MUHAMMAD.

Dalam salah satu buku sejarah yang berjudul
“Al-Qissosu Al-Qur’aniyah” menceritakan
kisah Nabi Muhammad menerima Wahyu, digambarkan dengan bentuk diskusi
non-ilmiyah. Dihampiri oleh Jibril dan Jibril membisiki Muhammad. Ini-lah Wahyu
pertama yang diterima Nabi sekaligus bentuk transendensi level kenabian, karna
telah menerima Wahyu dari Tuhan. Belum ada satupun representasi sejarah Islam
yang menggambarkan kondisi penerimaan wahyu dengan jalur “Tulisan”, mayoritas
Ulama sepakat bahwa Wahyu diterima Muhammad melalui instrumen telinga, dalam
bentuk suara.
Ini merupakan Claim Musik Ilahiyah pertama dalam Islam.
Tuhan yang
maha indah menggunakan Jibril sebagai Instrumen Musikalisasi dengan forma pengantar
wahyu, mengirim suara rahmat dengan media malaikat, memberikan pesan ultra
dimensi dan super nada. Tidak ada musik yang lebih indah ketimbang kompilasi
harmoni yang Tuhan bisikkan kedalam telinga Muhammad, dari sana lahir peradaban
Islam, generasi masyarakat pembasmi kezaliman, pembawa panji perdamaian,
penggagas nilai-nilai Cinta dan Kasih sayang. Dari musik yang didengar Nabi
Muhammad, lahir jutaan revolusi dan kebangkitan kaum tertindas, penolakan
terhadap keterjajahan, perlawanan kepada tirani modal, dan penetapan nilai Suci
Agama Islam yang akan terus berlangsung sampai hari kiamat.