Kesadaran logis (Matrealisme dan Modernisme)

Sebelumnya harus disadari, bahwa Materialisme tidak memiliki hubungan relasional dengan Modernisme. Materialisme adalah salah satu ideology yang menitikberatkan pada eksistensi material, tidak mengakui dan mempercayai hal-hal yang bersifat Non materi, menganggap bahwa “Keyakinan” atau “Kepercayaan” adalah suatu hal yang niscaya, tidak perlu terlalu sistematis dalam membahas segala sesuatu yang instingtif seperti, lapar, haus, curiga, kecewa, sedih, senang, dll.

Dalam pandangan Realisme hal ini tentu saja akan terjadi, karena pada dasarnya, hal-hal terkait instingtif adalah elemen yang tidak bisa dikaji dari sudut pandang Materialisme, bahkan akan menjadi kehancuran besar bagi setiap penganutnya apabila mereka menyadari akan ketidak validan pola mereka dalam menanggapi realitas.

Dewasa ini, yang seringkali terjadi adalah, kesalah pahaman manusia dan pemuda pada khususnya, mereka menganggap bahwa  Modernisme adalah efek turunan yang dihasilkan oleh pandangan Materialisme, dan mereka menganggap bahwa keduanya adalah eksistensi yang bersifat relasional. Secara sederhana kita akan membuat perumpamaan hal-hal yang memiliki status hubungan relasional. Ketika kita telah memahami akan wujud Realitas, kita juga harus mengetahui bahwa Realitas ada yang bersifat Relasional dan ada yang bersifat Koheren. Realitas relasional adalah konsep pembuktian akan eksistensi berdasarkan kesesuaian antara persepsi reel dengan wujud eksternal yang ada.

Sebagai contoh, ketika dalam jamuan makan yang diadakan disebuah hotel bintang lima, kala itu kita sebagai tamu yang telah menerima undangan sejak 4 hari sebelumnya. Kita tentu akan berkhayal atau membangun persepsi kita tentang nuansa serta kondisi tempat jamuan tersebut atau jenis makanan yang akan disajikan dalam jamuan makan itu. Pada waktu pelaksanaan makan-makan, terjadi kesesuaian antara persepsi dengan realitas yang ada. Realitas yang digambarkan barusan adalah Realitas relasional, yaitu keterkaitan serta kesesuaian antara persepsi personal dengan wujud 
eksternal.

Materialisme hanya sebuah ideology yang terkonsep. Modernisme adalah konsep yang tidak memiliki kaidah hukum atau aturan tertentu, Modernisme bukanlah suatu ideology yang meniscayakan sikap, karena tidak ada ideology yang terbentuk oleh konsep yang tidak terbangun atas kesadaran serta aturan-aturan yang disepakati. Modernisme hanya sekumpulan persepsi yang terbentuk atas pandangan kondisi Ke”kini”an atau yang lebih umum kita sebut sebagai Kondisi Ke”sekarang”an.

Bagi para penganut faham “Persepsionis”, kita sebut saja “Persepsionitas”, yaitu orang-orang yang menuhankan persepsi pribadi, hal-hal demikian tidak terlalu penting dan tidak layak untuk dikaji, karena pembahasan terkait Materialisme dan Modernisme memiliki dampak besar bagi rapuhnya persepsi mereka. Ini fakta, actual dan terpercaya.

Mulai membangun kesadaran Realisme dari pemahaman seperti ini. Seseorang yang normal akan berusaha untuk membangun jati diri mereka, agar dapat diterima oleh zaman dan kondisional masing-masing. Ini hal yang wajar dan Valid. Permasalahannya adalah, apakah kepribadian yang proporsional dapat terbentuk apabila manusia mengaitkan dua elemen barusan?. Yang terjadi saat ini dalam ranah remaja adalah, mereka berlomba-lomba untuk membentuk karakter mereka dengan pola yang tidak realistis, serta merta menyampur adukkan antara kepentingan personal dengan realitas yang ada, tidak memahami standar kevalidan “Karakteristik” yang wajar.

Salah satu contoh, ketika mendengar kata “Idola”, yang terpikir dibenak mereka adalah eksistensi wujud manusia yang terkenal dan memiliki popularitas dizaman sekarang. Ini adalah bukti akan degradasi kesadaran para pemuda saat ini dalam memahami konsep yang luas. “Idola” adalah konsep persepsi mengarah kepada Personal, yang hadir berkaitan dengan suatu keterampilan atau kemahiran. Tidak lebih dari itu.

“Manusia yang populer di zaman sekarang” adalah persepsi yang muncul ketika mendengar kata “Idola”. Kalau diperhatikan, dalam  kalimat bertanda kutip diatas, terjadi penggabungan dua elemen yang berbeda, “Manusia yang populer” adalah indikasi material yang terbangun dari pandangan materialisme, sedangkan “dizaman sekarang” adalah pandangan Modernisme yang dipaksakan untuk menyesuaikan konsep dengan Materialisme.

Ketika kebobrokan pemahaman ini berlanjut, maka yang terjadi adalah, setiap manusia akan berupaya untuk mencari wujud “Material” dan memperhitungkan masa axistnya terkait dengan zaman sekarang. Bukan hanya itu, ketika kesadaran seperti ini tidak diperhitungkan, maka mereka akan menjadi manusia yang tidak memiliki karakter serta kepribadian yang wajar, dan akan menduduki posisi yang sama dengan mereka yang telah kehilangan kesadaran logisnya.
Segala sesuatu tidak harus dikaitkan dengan wujud “Materi”, tidak juga dikaitkan dengan Ke”Kini”an, semua harus berawal dari kesadaran logis serta pengertian mendalam akan kata atau konsep dimensi kondisional yang selalu mengitari kehidupan.

Sebarkan

0 Sanggahan:

Posting Komentar