Konspirasi Hitam dibalik tayangan Dora The Eksplorer
Mengingat gue seorang pemuda yang pernah jadi anak kecil
(kalo ga salah). Akhir-akhir ini gue sedikit menganalisa keadaan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya terkait hak-hak anak bangsa. Menurut
hemat gue, ada beberapa segmen dan tanyangan film-film untuk anak kecil yang
menjadikan satu pola yang negative dan kurang mendidik. Dalam kesempatan kali
ini gue pengen bahas film Dora The Explorer, sekarang udah tahun 2012, disaat
Google Chrome atau Mozilla Firefox sangat mudah didapat dan diaplikasikan,
kenapa Dora masih saja menggunakan Eksplorer?*salah focus*.
Menurut data statistic yang gue dapet dari artikel yang
bersangkutan terhadap perlindungan anak, sebelum tayangan program Dora The
Explorer, kita singkat menjadi DTE, statistic pengaduan masalah anak hilang ga
terlalu banyak, Komnas anak mencatat pada taun 1989(sebelum tayangan program
DTE masuk ke Indonesia), pengaduan tentang anak hilang sepanjang lima tahun
hanya berjumlah 109 anak, sedangkan berita terbaru yang gue dapet dari Komisi
Perlindungan Anak Nasional pada catatan akhir tahun 2011, jumlah kehilangan
anak meningkat sampai 150 kasus yang berbeda. Coba kita kaji lebih dalam lagi.
Dora The Eksplorer adalah serial animasi televisi anak-anak
dari amerika Serikat milik jaringan televise kabel Nickelodeon. Episode
percobaan disiarkan tahun 1999 dan menjadi seri regular mulai tahun 2000.
Serial ini dibuat oleh Chris Gifford, Valerie Walsh, dan Eric Weiner.
Dalam tanyangan DTE telah kita ketahui bersama bahwa, ketika
Dora hendak jalan-jalan dan dia tidak tahu arah, dia serta merta memanggil Peta.
SIapakah Peta?, dari mana datangnya?, dia berpendidikan atau tidak?, lalu
mengapa ia begitu sok tau kawan-kawan?. Peta langsung keluar dari ransel,
tentunya setelah Dora bernyanyi “Ransel ransel ransel, didalamnya terdiri
barang ini dan itu, dimanakah peta, yaa aku butuh peta”. Kurang lebih kaya
gitu. Peta keluar dan menunjukkan arah tujuan yang Cuma tiga titik doang. Emang
jalanan disana ga ada tikungan?, trus dia pikir, orang jalan ga bisa capek, dan
kadang-kadang si peta suka sok pinter nasehatin Dora dan yang gue benci dari
Dora, kalo dia nanya sama audiens, belom kita kasih tau, dia udah jawab duluan.
Itu salah satu factor yang membuat anak kecil Indonesia jadi berani ngelawan
sama orang tuanya dan suka sok pinter kalo dikasih tau sesuatu.
Nah terkait anak hilang, disini pointnya. Lo semua cermatin
deh, tayangan DTE waktu segmen travelingnya Dora, Dora Cuma ngasih tau arah
perginya doang, dan diperjalanan ke titik kedua dia suka belaga bego, entah ada
swiper serigala pencuri lah, gue rasa si Dora juga udah tau akan keberadaan
swiper, tapi dia belaga bego aja biar keliatan lebih hits, nah setelah sampai
kepada tujuan inti, “APA YANG DILAKUKAN SAMA DORA??” "JAWAB!!!!!". Dia nyanyi-nyanyi, jogged-joged,
lenggak-lenggok ga tau malu, abis gitu dia langsung ngomong, ngasih penutupan tanyangan
programnya. “APA-APAAN INI??” "JAWAB GA LO!!!!!, gimana anak-anak kita ga mau ilang, nonton DTE
tiap hari, lama-lama praktek, mending kalo diajarin cara baliknya, nah ini cuma
diajarin perginya doang.
itu gambar yang berhasil tertangkap kamera saat Dora melakukan perjalanan jauh dengan berbekal ransel kecil, dan dia seperti biasa, tidak memberikan kesempatan kita untuk bertanya jalan pulang, dan langsung pergi begitu saja
Jadi yang paling harus bertanggung jawab untuk kasus anak
hilang dinegri kita adalah Dora dan rekan-rekannya, dan khususnya pihak media
yang mengizinkan tayangan ini masuk ke negri kita.